Chemistry

Selasa, 24 Mei 2011

STRATEGI PENYIMPANAN ZAT DAN BAHAN KIMIA DI LABORATORIUM

TUGAS PENGELOLAAN LABORATORIUM
STRATEGI PENYIMPANAN ZAT DAN BAHAN KIMIA YANG BENAR DI LABORATORIUM UNTUK MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN

Oleh:
Dina Adreini Br Tarigan
NIM  . 809142027
Kelas Eksekutif B
PROGRAM STUDI                :  PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011


STRATEGI PENYIMPANAN ZAT DAN BAHAN KIMIA YANG BENAR DI LABORATORIUM UNTUK MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN

Pendahuluan
            Strategi merupakan suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan. Dalam hal penyimpanan zat dan bahan kimia stategi merupakan rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium. Penyimpanan zat dan bahan kimia sering diabaikan bahkan terkadang dilupakan. Untuk menghindari terabainya kegunaan penyimpanan zat dan bahan kimia diperlukan strategi penyimpanan yang terperinci dan hati-hati. Tentu saja penting mengutamakan pertimbangan yang baik untuk penyimpanan bahan-bahan yang berbahaya, peralatan dan pemakaian zat dan bahan-bahan kimia untuk menjaga keselamatan kerja di laboratorium. (Griffin, 2005; 9).
Adapun peranan laboratorium antara lain: Sebagai tempat timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai tempat untuk memecahkan masalah tersebut, sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap teliti, sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau diamatinya, sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur serta berpikir kritis dan cekatan, sebagai tempat mengembangkan ilmu pengetahuan (Emha 2002; 7). Peran laboratorium sebagai tempat untuk melatih keterampilan peserta didik dalam hal melakukan praktikum di perlukan pengawasan agar kontrol penggunaan bahan-bahan kimia dipergunakan dengan tepat.
            Pengaturan keselamatan penggunaan bahan-bahan kimia membutuhkan pengawasan yang rutin. Resiko pemakaian bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah pemakaian bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang disimpan dalam lemari penyimpanan harus diperiksa minimal setahun sekali, bahan-bahan yang sudah tidak layak pakai dipindahkan atau dibuang  sedangkan bahan yang masih bisa digunakan disimpan kembali ditempat yang aman dan mudah untuk dijangkau. Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium  aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
            Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang, sehingga strategi penyimpanan yang baik sangat perlu dilakukan untuk menghidarikecelakaan kerja di laboratorium.

Penyimpanan dan Inventarisasi Bahan-Bahan Kimia
            Penyimpanan bahan kimia sangat perlu untuk: , Mengurangi segala resiko yang timbul, Mencegah mengatasi kehilangan, pencurian , kebakaran, kerusakan dan penyalahgunaan, Menekan biaya operasional laboratorium sekecil mungkin, Peningkatan kwalitas kerja/SDM untuk mengelola laboratorium secara optimal, Memudahkan rencana penambahan bahan yang  baru, Merencanakan perbaikan atau servis, Informasi peralatan bagi user/pemakainya. Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka, hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium:
1. Aman                  : bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
2. Mudah dicari       : Untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci).
3. Mudah diambil    : Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan (Lindawati, 2010)    
            Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Oleh karena itu harus ditempatkan pada lemari tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada lemari bahan toxic, karena benzena mudah terbakar daripada beracun. Di bawah ini panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.

1.      Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif >
2.      Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif
3.      terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator >
4.      Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak
5.      memerlukan pemisahan secara khusus
            Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
label bahan flammable         label bahan oksidator            label bahan toksik   
            label bahan korosif                                 label bahan dengan tingkat bahaya rendah                                    
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen juga penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya :
- Nama kimia dan rumusnya                  - Konsentrasi
- Tanggal penerimaan                            - Tanggal pembuatan
- Nama orang yang membuat reagen     - Lama hidup
- Tingkat bahaya                                   - Klasifikasi lokasi penyimpanan
- Nama dan alamat pabrik
Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan dalam wadah sekunder seperti wadah plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah :
  1. Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
  2. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
  3. Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
  4. Bahan radioaktif
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Di bawah ini, panduan cara penyimpanan dan penataan bahan kimia untuk bahan kimia menurut kelompok tingkat bahayanya.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif
Bahan radioaktif harus disimpan di tempat yang terawasi dan terjaga keamanannya. Pada tempat penyimpanan harus dituliskan kata “HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION RADIOACTIVE MATERIALS)”. Diperlukan catatan jumlah bahan dan perhatikan batas jumlah penyimpanan yang diperbolehkan.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif
Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak dengan uap lembab, misalnya padatan flammable yang reaktif terhadap air. Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif, pembentuk peroksida, dan reaktif air. Bahan piroforik adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C.
 Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti fosfor, cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan piroforik harus disimpan di dalam lemari flammable secara terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur fosfor harus disimpan dan dipotong dalam air. Demikian gas silan harus disimpan secara khusus.
Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan yang diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan perubahan tekanan yang tinggi. Faktor yang menunjang timbulnya ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya :
(1)   Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya benzyol peroksida kering) dan oksidator kuat lainnya mudah meledak,
(2)   Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti hidrazin memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak stabil. Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT, azida, asam pikrat kering) juga mudah meledak.
Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida diantaranya p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan sikloheksena. Cara yang harus diperhatikan dalam penyimpanannya sebagi berikut :
  1. Simpan bahan kimia pembentuk peroksida dalam botol tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam wadah yang tidak terkena cahaya.
  2. Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan dibuka bahan tersebut.
  3. Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah 3 – 6 bulan
  4. Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah diterima.
            Bahan yang reaktif air apabila kontak dengan udara lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci, dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering apabila terjadi kebakaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi dengan silica gel.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Asam-asam yang berwujud cairan diklasifikasi menjadi tiga jenis yaitu asam-asam organic (misalnya asam asetat glacial, asam format), asam mineral (misalnya asam klorida dan asam fosfat) dan asam mineral oksidator (misalnya asam kromat, asam florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini diantaranya:
  1. Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
  2. Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator,
  3. Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan cairan flammable dan combustible.
  4. Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dan lain-lain.
  5. Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
  6. Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung sinar matahari.
  7. Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
  8. Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastic untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastic atau panci kue dari pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan dari bahan kimia organik.
  9. Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahan flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan sebagai berikut :
  1. Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organik, dan bahan flammable.
  2. Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
  3. Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan.
  4. Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
     Gambar-1 Penyimpanan Bahan Kimia
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable dan Combustible
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas ataupun reaktif terhadap air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Padatan flammable harus disimpan dalam lemari flammable dan dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible.
Cairan bahan kimia flammable dan combustible diklasifikasi menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik didihnya (boiling point). Bahan kimia flammable dapat disimpan dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible (misalnya asetat), pelarut non-flammable (metilklorida). Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah asetaldehid, aseton, heksana, toluen, ksilena, etanol. Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium sebagai berikut .
  1. Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah logam.
  2. Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe” atau “Flammable Storage Refrigerators”. Jangan sekali-kali menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
  3. Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
  4. Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung, sumber nyala atau api.
·        Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain. Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu dan jangan berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic)
Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker) disimpan dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.
Tabel-1 Bahan Kimia Toksik dan Penggantinya
Bahan Kimia Toksik
Pengganti
Chloroform
Hexanes
Carbon tetrachloride
Hexanes
1,4-Dioxane
Tetrahydrofuran
Benzene
Cyclohexane atau Toluene
Xylene
Toluene
2-Butanol
1-Butanol
Lead chromate
Copper carbonate
p-Dichlorobenzene
Naphthalene, Lauric acid, Cetyl alcohol, 1- Octadecanol, Palmitic acid, or Stearic acid
Potassium
Calcium
Dichromate/Sulfuric acid mixture
Ordinary detergents
Trisodium phosphate
Ordinary detergents
Alcoholic potassium hydroxide
Ordinary detergents

·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya
Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh senyawa sensitif cahaya diantaranya brom (Br2), garam merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dan lain-lain. Bahan sensitif cahaya disimpan dalam botol berwarna coklat (amber bottle).
·      Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)
Cara penyimpanan bahan kimia gas diantaranya:
1.      Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang kosong.
2.      Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak logam.
3.      Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
4.      Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
5.      Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif bahan berasap maupun bahan mudah terbakar.
6.      Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain.
7.      Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari silinder.
8.      Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder gas berukuran besar.
9.      Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggesergeserkan silinder, karena gas dalam silinder memiliki tekanan tinggi.
Berikut ini pedoman dalam penyimpanan bahan kimia di laboratorium.
Tabel-2 Matriks Bahan Kimia yang incompatable (tidak boleh disimpan bersamaan)

Asam Anorganik

Asam
Oksidator
Asam
Organik
Basa
Oksidator
Anorganik
Racun

Organik
racun

Reak
tif
air
Pela rut organik
Asam
Anorganik


X
X

X
X
X
X

Asam
Oksida
Tor


X
X

X
X
X
X

Asam
Organic
X
X

X
X
X
X
X


Basa
X
X
X



X
X
X
Oksida
Tor


X



X

X
X
Anorganik
Racun
X
X
X



X
X
X
Organik
racun
X
X
X
X
X
X



Reaktif air
X
X
X
X
X
X



Pelarut
Organic
X
X

X
X
X



x = tidak boleh disimpan bersamaan
Tabel-3 Klasifikasi Penyimpanan Bahan Kimia
Bahan Kimia
Tidak Boleh Bercampur dengan
Asam asetat
CH3COOH

Asam kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3; Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2; Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2, Na2O2; Permanganat, KMnO4
Aseton
CH3COCH3
Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO3 pkt + H2SO4 pkt); Basa kuat, NaOH, KOH
Asetilen
C2H2
Flor, F2; Klor, Cl2; Brom, Br2; Tembaga, Cu; Perak, Ag; Raksa, Hg
Logam alkali
Li, Na, K

Air, H2O; Karbon tetraklorida, CCl4; Hidrokarbon terklorinasi, CH3Cl; Karbon dioksida, CO2; halogen, F2, Cl2, Br2, I2
Amonia anhidros,
NH3
Raksa, Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2; Brom, Br2; Iod, I2; Asam florifa, HF; Hipoklorit, HClO, Ca(ClO)2
Amonium nitrat,
NH4NO3

Asam; serbuk logam; cairan dapat terbakar; Klorat, ClO3- ; Nitrit, NO2-; belerang, S8; serbuk organik; bahan dapat terbakar
Anilin C6H5NH2
Asam nitrat, HNO3; Hidrogen proksida, H2O2
Bahan arsenat, AsO3-
Bahan reduktor
Azida, N3-
Asam
Brom, Br2

Amonia, NH3; Asetilen, C2H2; butadiena, C4H6; butana, C4H10; metana, CH4; propana, C3H8 (atau gas minyak bumi), hidrogen, H2; Natrium karbida, NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk logam
Kalsium oksida, CaO
Air, H2O
Karbon aktif, C
Kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua oksidator
Karbon tetraklorida, CCl4
Natrium, Na
Klorat, ClO3-
Garam amonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8; Bahan organic serbuk; Bahan dapat terbakar
Asam kromat, H2Cr2O4;
Krom trioksida, Cr2O3

Asam asetat, CH3COOH; Naftalen, C10H8; Kamper, C10H16O; gliserol, HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin; terpentin; alkohol; cairan mudah terbakar
Klor,
Cl2
Ammonia, acetylene, butadiene, butane, methane, propane (or other petroleum gases), hydrogen, sodium carbide, turpentine, benzene, finely divided metals
Klor dioksida, ClO2
Ammonia, metana, fosfin, Asam sulfida
Tembaga
Asetilen, hidrogen peroksida
Cumene hidroperoksida
Asam, organic atau anorganik
Sianida
Asam
Cairan dapat terbakar
Amonium nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida, Asam nitrat, Natrium peroksida, halogen
Hidrokarbon
Flor, klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida
Asam sianat
Asam nitrat, Basa
Asam florida
Ammonia, aqueous or anhydrous
Hidrogen peroksida

Tembaga, Krom, Besi, Kebanyakan logam atau garamnya, Alkohol, Aseton, bahan organik, Anilin, Nitrometan, Cairan dapat terbakar
Asam sulfide
Asam nitrat berasap, Asam lain, Gas oksidator, Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen
Hipoklorit
Asam, Karbon aktif
Iod
Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen
Raksa
Asetilen, Asam fulmanat, Amonia
Nitrat
Asam sulfat
Asam nitrat (pekat)
Asam asetat, Anilin, Asam kromat, Asam sianat, Asam sulfida, Cairan dapat terbakar, Gas dapat terbakar, Tembaga, Kuningan, Logam berat
Nitrit
Asam
Nitroparafin
Basa anorganik, Amina
Asam oksalat
Perak, Raksa
Oksigen
Oli, Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan Gas dapat terbakar
Asam perklorat
Asetat anhidrid, Bismut dan aliasinya, Alkohol, Kertas, Kayu, Lemak dan oli
Peroksida, organik
Asam (organik atau mineral), Hindari gesekan, Simpan di tempat dingin
Fosfor (putih)
Udara, Oksigen, Basa, Bahan reduktor
Kalium
Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
Kalium klorat dan Perklorat
Asam sulfat dan asam lain
Kalium permanganat
Gliserin, Etilen glikol, Benzaldehid, Asam sulfat
Selenida
Bahan reduktor
Perak
Asetilen, Asam oksalat, Asam tartrat, Senyawa amonium, Asam fulmanat
Natrium
Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
Natrium Nitrit
Amonium nitrat dan Garam amonium lain
Natrium peroksida

Etil atau metil alkohol, Asam asetat glacial, Asetat anhidrida, Benzaldehid, Karbon disulfida, Gliserin, Etilen glikol, Etil asetat, Metil asetat, furfural
Sulfida
Asam
Asam sulfat


Kalium klorat, Kalium perklorat, kalium permanganate (atau senyawa dari logam ringan seperti natrium, litium, dll.)
Telurida
Bahan reduktor
(From Manufacturing Chemists' Association, Guide for Safety in the Chemical Laboratory, pp. 215-217, Van Nostrand Reinhold





Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan. Di bawah ini contoh katalog bahan kimia:
Katalog Bahan Kimia
·    Alkin P.T. (2003). Chemicals Price List. Bandung : PO Box 1495 Jl. Pasteur 15 Bandung
·    Fluka, (2003/2004). Laboratory Chemicals and Analytical Reagents. Singaopre : Sigma-Aldrich Pte Ltd. 102E Pasir Panjang Road.
·    Janssen Chimica. (2003-2004). Belgium.
·    Medilab CV. (2003). Price List Chemicals. Bandung : Kl. Terusan Galunggung No. 11 Bandung. Telp. (022) 306669.



Selain cara penyimpanan, seorang laboran harus dapat membuat kartu bahan untuk mempermudah pencarian tempat bahan disimpan. Contoh kartu bahan sebagai berikut:


No. Kartu        : 03
Golongan Zat    : Cair
No. Induk        : 03


KARTU BAHAN KIMIA
BAGIAN DIVISI/DEPARTEMEN :
   Nama Zat                     : Amonia
   Rumus Molekul            : NH3
   Spesifikasi                                                      
                        Mr                      : 17
Kemurnian           : 25%
Massa Jenis         : 0,91 g/cm3
Wujud/Warna      : Cairan/Tak Berwarna
   Kode Zat                     :
   Lokasi Penyimpanan     :
   Sifat Bahan                   : Korosif (C); Bahaya bagi Lingkungan (N)
                                                                    
Setiap kartu bahan dilampirkan simbol bahaya bahan kimia . Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama  terdiri dari bidang keselamatan kerja.


Simbol-Simbol/ Rambu-rambu Bahan Kimia Berbahaya
·        Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar (extremely flammable substances) dan bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances).
1.      Explosive (bersifat mudah meledak)
Huruf kode: E
2.  Oxidizing (pengoksidasi)
Huruf kode: O
3.  Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Huruf kode:F+
4.  Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Huruf kode: F
·      Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
Suatu parameter penting untuk menilai toksisitas akut suatu zat adalah harga LD50 yang ditentukan dalam percobaan pada hewan uji. Harga LD50 merefleksikan dosis yang mematikan dalam mg per kg berat badan yang akan menyebabkan kematian 50% dari hewan uji, antara 14 hari setelah one single administration. Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan berbahaya (harmful substances).
1.  Very toxic (sangat beracun)
Huruf kode: T+

2.  Toxic (beracun)
Huruf kode: T
3.  Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn


·      Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying substances)
‘Tissue destroying substances’ meliputi sub-grup bahan korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant substances)
1.  Corrosive (korosif)
Huruf kode: C
2.  Irritant (menyebabkan iritasi)
Huruf kode : Xi
·      Bahan berbahaya bagi lingkungan
Huruf kode: N
           

                         




KESIMPULAN
            Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Strategi penyimpanan dan penataan bahan kimia untuk bahan kimia menurut kelompok tingkat bahayanya meliputi: Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif, Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif, Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif, Flammable dan combustible, Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator, Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic), Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic), Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases), Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya.



























DAFTAR PUSTAKA


Emha, H., (2002), Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, PT Remaja Roesda Karya, Bandung
Griffin, Brian., (2005), Laboratory Design Guide Third Edition, Elsevier, Great Britain
Lindawati., (2010), Strategi Inventaris Alat dan Bahan, http//: blogspot.com/2010/04/strategi-inventarisasi-alat-dan-bahan. html